CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 01 April 2013

Client Centered Therapy

Client Centered Therapy sering pula dikenal sebagai teori nondirektif dimana tokoh utamanya adalah Carl Rogers. Pendekatan client-centered manaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri. Rogers menentang asumsi dasar bahwa “terapis tahu apa yang terbaik“. Asumsi dasarnya adalah bahwa orang itu secara esensial bisa dipercaya, memiliki potensi yang besar untuk memahami dirinya dan menyelesaikan masalah mereka tanpa intervensi langsung dari pihak terapis, dan bahwa mereka ada kemampuan untuk tumbuh sesuai dengan arahan mereka sendiri apabila mereka terlibat dalam hubungan terapeutik.

Pendekatan humanistik Rogers terhadap terapi person centered theraphy membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik. Terapis tidak boleh memaksakan tujuan atau nilai yang dimilikinya kepada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan perasaan yang diungkapkan pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan perasaanya yang lebih dalam dan bagian bagian dari dirinya yang tidak diakui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata kata apa yang diungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.

Tujuan dasar terapi client centered adalah menciptakan iklim yang kondusif  untuk membantu klien menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan terapeutik tersebut, terapis perlu mengembangkan agar klien bisa memahami hal-hal yang berada di balik topeng yang dikenakannya. Klien mengembangkan kepura-puraan dan bertopeng sebagai pertahanan terhadap ancaman. Sandiwara yang dimainkan oleh klien menghambatnya untuk tampil utuh di hadapan orang lain dan dalam usahanya untuk menipu orang lain, ia menjadi asing terhadap dirinya sendiri.

Bagaimanapun, banyak terapis yang mengalami kesulitan dalam memperbolehkan klien untuk menetapkan sendiri tujuan-tujuannya yang khusus dalam terapi. Meskipun mudah untuk berpura-pura terhadap konsep "klien menemukan jalan sendiri", ia menuntut terhadap respek terhadap klien dan keberanian pada terapis untuk mendorong klien agar bersedia mendengarkan dirinya sendiri dan mengikuti arah-arahnya sendiri terutama pada saat klien membuat pilihan-pilihan yang bukan merupakan pilihan-pilihan yang diharpkan oleh terapis.

Rogers menguraikan ciri-ciri yang membedakan pendekatan client-centered dari pendekatan-pendekatan lain. Berikut ini adaptasi dari uraian Rogers:

  1. Pendekatan client centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien sebagai sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya.
  2. Pendekatan client centered menekankan dunia fenomenal klien. Dengan empati yang cermat dan dengan usaha untuk memahami klien. Dengan eimpati yang cermat dan dengan usaha untuk memahami kerangka acuan internal klien, terapis memberikan perhatian terutama pada persepsi diri klien dan persepsinya terhadap dunia.
  3. Prinsip-prinsip psikoterapi yang sama diterapkan pada semua orang yang "normal" yang "neurotik" dan yang "psikotik". Berdasarkan konsep bahwa hasrat untuk bergerak menuju kematangan psikologis berakar dalam pada manusia, prinsip-prinsip terapi client-centered diterapkan pada individu yang fungsi psikologisnya berada pada taraf yang relatif normal maupun individu yang derajat penyimpangan psikologisnya lebih besar.
Yang pertama dan terutama, terapis harus bersedia menjadi nyata dalam hubungan dengan klien, terapis menghadapi klien berlandaskan pengalaman dari saat ke saat dan membantu klien dengan kategori diagnostik yang telah dipersiapkan. Melalui perhatian yang tulus, respek, penerimaan dan pengertian, klien bisa menghilangkan pertahanan-pertahanan dan persepsi-persepsinya yang kaku serta bergerak menuju taraf fungsi pribadi yang jelas tinggi.

Para terapis client centered secara khas merefleksikan isi dan perasaan-perasaan, menjelaskan pesan-pesan, membantu para klien untuk memeriksa sumber-sumbemya sendiri, dan mendorong klien untuk menemukan cara-cara pemecahannya sendiri. Jadi, terapi client centered jauh lebih aman dibanding dengan model terapi lain yang menempakan terapi pada posisi direktif, membuat penafsiran-penafsiran, membentuk diagnosis ke arah pengubahan kepribadian secara radikal.


Sumber :
Semiun, yustinus. 2006. Kesehatan mental 3. Yogyakarta: kanisius
http://www.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=0yHBXXhJbKQC&oi=fnd&pg=PR9&dq=person+centered+terapi&ots=7r0Mu2Kyq1&sig=Y1cb7j7c5vUunYBIrHMMD46dw3o&redir_esc=y#v=onepage&q=person%20centered%20terapi&f=false
http://annamakeitmine.blogspot.com/2012/10/do-youknow-cross-cultural-psychology.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar