CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 26 Desember 2013

Contoh Skripsi (Psikologi berkaitan dengan IT)

                                                                                                     
ABSTRAK

Beberapa  tahun  terakhir  peningkatan  yang  cukup  tajam  terlihat  dalam gangguan  perkembangan  autisme.  Autisme  merupakan  gangguan  perkembangan yang sangat kompleks pada anak,  seperti  mengalami kesulitan  memahami bahasa dan  berkomunikasi  verbal.  Gejalanya  mulai  ta mpak  sebelum  anak  tersebut mencapai  usia  3  tahun.

Gangguan  interaksi  sosial  dan  sikap  anak  sedikit  banyak mencerminkan  perlakuan  yang  di  terima  dalam  lingkungan  rumah.  Sehingga Allah  Swt.  menganjurkan  kepada  umat  manusia  untuk  senantiasa  menjaga  dan mendidik anak dengan kasih sayang dan perlindungan  yang baik agar anak-anak ersebut  menjadi anak  yang bermanfaat di dunia  maupun di akhirat. Karena anak juga  merupakan penyemangat  hati orang  tua,  dalam  firman Allah Swt.  Al-Quran surat Al-Furqaan/25:74, yang artinya :
”Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri  kami  dan  keturunan  kami  sebagai  penyenang  hati  (Kami),  dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”(Al-Furqaan/25 : 74).

Kata-kata Qurrah A’yun dalam ayat tersebut, menunjukan anak atau generasi yang kuat. Bahkan  islam  mengajarkan kepada  manusia  untuk  melahirkan  generasi atau anak  yang  mampu  menjadi  pemimpimpin  bagi  mereka  yang  kuat  (imâmân  li  al- muttaqin). Karena anak  yang  sedang  mengalami autis me adalah  wajib bagi orang tua  untuk  mengobatinya.Anak  autisme  dapat  berkembang  secara  optimal  apabila gejala  autisme  dapat  dideteksi  sejak  dini  dan  kemudian  dilakukan  penanganan yang  tepat  dan  intensif,  akan  tetapi  terkadang  pengetahuan  orang  tua  mengenai gangguan autisme ini masih sangat terbatas.  

Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah  untuk  merancang  dan  membuat  sistem pakar  yang  mampu  mendiagnosa  serta  memberikan  solusi  untuk  gangguan autisme  secara  dini  pada  anak  usia  dua  bulan  hingga  lima  tahun.  Pembuatan sistem pakar ini menggunakan pemrograman PHP dan MySQL sebagai basis data.

Dengan  metode  inferensi  yang  digunakan  adalah  forward  chaining,  dimana prosentase  didapatkan  dari  perhitungan  menggunakan  probabilitas  klasik  yaitu peluang P(A) dengan A adalah gejala per usia, n adalah total banyaknya gejala per usia,  serta  nA  merupakan  banyaknya  hasil  mendapatkan  A  sehingga  di  dapatkan prosentase  tiap  gejala  untuk  usia  2  bulan-1  tahun  dan  1-2  tahun  adalah  11,11%, usia 2-3 tahun adalah 8,33% sedangkan  usia 3-5 tahun adalah 5,88% serta solusi mengenai terapi dan materi berdasarkan usia anak. 

Hasil  pengujian  yang  berdasarkan  kuisioner  menunjukan  bahwa,  aplikasi ini  membantu  pengguna  dalam  mendapatkan  informasi,  melakukan  proses diagnosa  gangguan  autisme  pada  anak  serta  pemilihan  terapi  dan  materi  yang sesuai. Hal  ini diperoleh dari  sepuluh orang responden  yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan profesi.

Kata  Kunci  :  Sistem  Pakar,  Gangguan Autisme  Pada Anak,  Forward  Chaining, Probabilitas Klasik

Adapun sistematika pada Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
Bab I       Pendahuluan 
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,  tujuan,  manfaat,  Metodologi  dan  sistematika penulisan.

Bab II     Landasan teori
Bab  ini  menjelaskan  tentang  teori- teori  yang  terkait  dengan permasalahan yang diambil. 

Bab III    Desain dan Perancangan Sistem 
Bab  ini  menjelaskan  tentang  analisa  yang  dilakukan  dalam merancang  dan  membuat  sistem  pakar  yang  meliputi  Blok Diagram  Area  Permasalahan,  Blok  Diagram  Fokus Permasalahan,  Blok  Diagran  Faktor  Kritis,  Dependency Diagram,  Pohon  Keputusan,  Data  Context  Diagram  (DCD), Data  Flow  Diagram  (DFD),  Pohon  Keputusan,  Entity Relationship Diagram (ERD), Rancangan Database, Flowchart.

Bab IV    Hasil dan Pembahasan 
Bab  ini  membahas  tentang  implementasi  dari  aplikasi  yang dibuat secara keseluruhan. Serta melakukan pengujian terhadap aplikasi  yang  dibuat  untuk  mengetahui  aplikasi  tersebut  telah dapat  menyelesaikan  permasalahan  yang  dihadapi  sesuai dengan yang diharapkan. 

Bab V      Penutup
Bab  ini  berisi  tentang  kesimpulan  dan  saran  yang  diharapkan dapat  bermanfaat  untuk  pengembangan  pembuatan  program aplikasi selanjutnya.



Senin, 11 November 2013

Sistem informasi berbasis komputer



Pendahuluan
Perkembangan teknologi pada saat ini sudah sangat cepat dan maju, salah satunya adalah teknologi komputer. Komputer pada masa sekarang ini sudah bukan barang yang asing dan mahal lagi, pada saat ini hampir disegala bidang membutuhkan komputer sebagai alat bantu karena memiliki kecepatan dan ketelitian.

Definisi sistem informasi berbasis komputer
Sistem informasi berbasis komputer mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem informasi, meskipun secara teoritis, penerapan sebuahsistem informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalam kegiatannya, namun pada prakteknya dengan data dan kebutuhan informasi yang begitu kompleks maka peran teknologi komputer begitu dibutuhkan, peran komputer inilah yang dikenal dengan istilah “computer based” karena digunakan untuk mengolah informasi dalam sebuah sistem maka disebut “Computer Base Information System” atau sistem informasi berbasis computer.

Contoh aplikasi sistem informasi berbasis komputer
SIA (Sistem Informasi Akutansi), SIM (Sistem Informasi Manajemen), DSS (Decision Support System, OA (Office Automation), ES (Expert System).
Untuk lebih paham dengan contoh, ini link nya:
http://zakki.dosen.narotama.ac.id/files/2011/12/BAB-8-SI-Berbasis-Komputer.pdf

Kesimpulan
Sistem Informasi Berbasis Komputer merupakan suatu sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan. sistem informasi akan mampu menyediakan informasi yang berkualitas, tepat, cepat dan akurat sesuai dengan manajemen yang membutuhkannya. Secara teori, penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalam kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin sistem informasi yang sangat kompleks itu dapat berjalan dengan baik jika tanpa adanya komputer. Sistem Informasi yang akurat dan efektif, dalam kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah “computer-based” atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer.


Sistem pakar
Definisi sistem pakar
Sistem pakar (Expert System) adalah sebuah sistem informasi yang memiliki intelegensia buatan (Artificial Intelegent) yang menyerupai intelegensia manusia.

Contoh aplikasi sistem pakar
Sistem pakar bengkel mobil, untuk lebih jelas nya klik link ini yuuuk...

Kesimpulan
Sistem Pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan para ahli.


Sistem pengambil keputusan


Definisi sistem pengambil keputusan
Secara umum pengambilan keputusan adalah upaya untuk menyelesaikan masalah dengan memilih alternatif solusi yang ada. 
Agar paham, baca yang ini juga:
http://harya.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/27109/konsep+pengambilan+keputusan.pdf
http://julia.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/34780/9_SISTEM-PENGAMBILAN-KEPUTUSAN.pdf

Contoh aplikasi sistem pengambil keputusan
Penggunaan metode AHP dalam Sistem Pengelolaan Kinerja
Untuk lebih jelasnya, buka link ini

Kesimpulan
sistem pengambil keputusan adalah suatu sistem informasi berbasis komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen dalam menangani berbagai permasalahan yang terstruktur atupun tidak terstruktur dengan menggunakan data dan model.


Artificial intelligence
Definisi artificial intelligence
didefinisikan sebagai kecerdasan yang ditunjukkan oleh suatu entitas buatan. Untuk lebih jelas nya, dibaca yahh link ini:

Contoh aplikasi artificial intelligence
Alat pendeteksi banjir, buka link ini yahh..

Kesimpulan
Artificial intelligence dipusatkan pada penghasilan mesin yang mengotomatiskan tugas-tugas yang memerlukan tingkah laku yang pintar. Contohnya kontrol, perencanaan dan penjadwalan, kemampuan menjawab diagnostik dan pertanyaan-pertanyaan pelanggan, handwriting, suara dan pengenalan wajah. Untuk itu, AI telah menjadi disiplin ilmu, difokuskan pada penyediaan solusi masalah-masalah kehidupan nyata, aplikasi software, game strategi seperti catur komputer dan video game lainnya.

Sumber:

http://harya.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/27109/konsep+pengambilan+keputusan.pdf
http://julia.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/34780/9_SISTEM-PENGAMBILAN-KEPUTUSAN.pdf
http://zakki.dosen.narotama.ac.id/files/2011/12/BAB-8-SI-Berbasis-Komputer.pdf

Senin, 07 Oktober 2013

Arsitektur Komputer dan Struktur Kognisi Manusia

Arsitektur komputer adalah konsep perencanaan dan struktur pengoperasian dasar dari suatu sistem komputer. Arsitektur komputer ini merupakan rencana cetak-biru dan deskripsi fungsional dari kebutuhan bagian perangkat keras yang didesain (kecepatan proses dan sistem interkoneksinya). 



Untuk lebih jelas nya, buka link ini yuuuk...


Menurut seorang tokoh yang bernama Ausabel ia mengemukakan bahwa struktur kognitif merupakan organisasi pengetahuan atau dengan kata lain bahwa struktur kognitif dapat disebut sebagai pengetahuan. Struktur kognitif seseorang tidak lain adalah organisasi pengetahuan faktual yang diperoleh dari lingkungan.

Struktur kognitif terbentuk dari informasi lingkungan sebagai suatu stimulus dari lingkungan yang selalu berubah, maka struktur kognitif atau pengetahuan pun akan terus berkembang. Keadaan struktur kognitif yang berkembang inilah yang mungkin menjadi prasyarat bagi seseorang yang untuk mengasimilasi dan mengakomodasi pengetahuan atau informasi lain dari lingkungan sehingga struktur kognitif ini dapat memiliki kemampuan untuk berkembang. 




Untuk lebih jelas nya, buka link ini yuuuk...


https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CDUQFjAB&url=http%3A%2F%2Fawidyarso65.files.wordpress.com%2F2008%2F08%2Ftaksonomi-bloom.pdf&ei=itVSUujSLIXwrQfrpoHgBQ&usg=AFQjCNEW9Uvsl6MvzT3RCrH8Hlu_eT3pjg&sig2=USVZkBTsR6-JqbTGUUfRVw&bvm=bv.53537100,d.bmk




Struktur kognitif manusia itu proses berpikir dan manusia memiliki kontrol terhadap proses berpikirnya sedangkan arsitektur komputer yang menciptakan adalah manusia, manusia yang membuat program, manusia yang membuat pola dari sistem komputer tersebut. Jika dipersatukan, maka akan timbul suatu hubungan timbal balik yang sangat menguntungkan satu sama lain.

Sumber :
http://annesdecha.blogspot.com/2012/03/analisa-struktur-kognisi-manusia-dan.html

Selasa, 07 Mei 2013

Logotherapy

Logoterapi secara bahasa atau linguistik berasal dari kata logos dari bahasa yunani yang berarti “makna”. Logoterapi juga dapat dikatakan sebagai sebuah upaya eksistensial untuk menjalani kehidupan secara sehat melalui makna-makna kehidupan dari pribadi atau diri manusia. Keinginan mencari makna hidup merupakan dasar utama dari aliaran psikologi logoterapi ini. Logoterapi mengakui adanya dimensi kerohanian dan memanfaatkannya untuk mengembangkan hidup yang bermakna, (Christia,2011).

Logoterapi  terkadang  disebut aliran  ketiga  dalam  terapi  psikis,  aliran  yang  lainnya  adalah  analisis  kejiwaan (Freud) dan psikologi individual (Adler). Mereka berbeda dalam analisis kejiwaan yang  fokus  pada  tekad  kesenangan,  psikologi  individual  fokus  pada  tekad kekuatan dan logoterapi fokus pada tekad makna.

Hidup itu singkat dan penuh potensi serta kemungkinan-kemungkinan. Hal yang  terpenting  bukan  karakter,  insting,  inisiatif  kita,  tetapi  bagaiman  kita bersikap  terhadap  hal-hal  tersebut.  Kita  bebas  membentuk  karakter  kita  dan bertanggung  jawab  juga  terhadap  apa  yang  kita  buat  untuk  diri  kita  sendiri.  Ada tiga fungsi manusia secara jelas: hati nurani, refleksi contoh, dan kapasitas untuk membuat diri sendiri sebagai objek.

Logoterapi  mengajarkan  bahwa  setiap  kehidupan  individu  mempunyai maksud,  tujuan,  makna  yang  harus  diupayakan  untuk  ditemukan  dan  dipenuhi. Hidup  kita  tidak  lagi  kosong  jika  kita  menemukan  suatu  sebab  dan  sesuatu  yang dapat  mendedikasikan  eksistensi  kita.  Namun  kalaulah  hidup  diisi  dengan  penderitaaan  pun,  itu  adalah  kehidupan  yang  bermakna,  karena  keberanian  menanggung  tragedi  yang  tak  tertanggungkan  merupakan  pencapaian  atau  prestasi dan kemenangan.

Banyak orang menyatakan bahwa logoterapi Victor E. Frankl sangat dekat dengan  ajaran  agama  (spiritual),  atau  juga  bisa  merupakan  "agama  sekuler".  Bagi  Frankl  makna  hidup  adalah  daya  yang  membimbing  eksistensi  manusia,  sebagaimana  para  Nabi  membimbing  umatnya.

Kesadaran dan Ketidaksadaran Dalam pencarian makna melibatkan kesadaran dan keidaksadaran. Logoterapi fokus  terhadap  kehidupan  spiritual  kita  karena  pada  dasarnya  kita  makhluk spiritual.  Kata  spiritual  disini  bukan  kata  pada  makna  keagamaan.  Fenomena spiritual kita dapa sadar atau tidak.
  1. Ketidaksadaran Spiritual, Dasar  kehidupan  mnusia    akhirnya  adalah  tidak  sadar.  ada  perbedaan diantara  ketidaksadaran  spiritual  dan  instingtual.  Freud  menganggap ketidaksadarn  sebagai  insting  yang  tertindas,  kejiwaan  yang  dalam mengikuti  klien  pada  dalamnya  jiwa  mereka  daripada  fokus  terhadap jasmani  yang  tertindas.  ada  kesulitan  pada  diri  yang  dasarnya  tidak terefleksikan: ’ Hidup berada pada aksi bukan refleksi’ Frankl.
  2. Ketidaksadaran Keagamaan, Ketika impian dianalisis, keagamaan  yang tidak sadar dan tertindas, tidak tertutupi.  Ketidaksadran  keagamaan  ada  pada  ketidaksadaran  spiritual. Menurut  Jung,  ketidaksadaran  keagamaan  datang  dari  penyimpanan impersonal  dari  bayangan  manusia.  Frank  mengatakan  sebagai perbandingan bahwa hal tersebut berasal dari pusat kepribadian dari setiap manusia. Eksistensial dari keagamaan harus spontan, dan ketika harus asli, harus  diungkapkan  pada  langkah  sendiri.  Frank  (1975):  ’sekali malaikat tertindas, ia akan berubah menjadi setan’. 
Hati Nurani
Hati  nurani  memiliki  keaslian  dalam  ketidaksadaran  spiritual  dan dibandingkan  secara  individual  dengan  insting.  Hati  nurani  dideskripsikan sebagai ’insting etika’ dan memiliki kualitas luar biasa. 

Makna
Menurut  Frank  (1955)  kita  tidak  akan  pernah  menghindar  dari  tugas memilih  diantara  kemungkinan-kemungkinan.  Banyak  orang  mengabaikan masa  lalu  mereka  sebagai  sumber  makna  di  kehidupan  mereka,  padahal mengindetifikasi  sumber  makna  di  masa  lalu  dapat  memberi  makna  di  masa sekarang.  Makna  hidup  itu  harus  dicari  oleh  manusia.  Di  dalam  makna tersebut tersimpan nilai-nilai yaitu : (1) nilai kreatif, (2) nilai pengalaman, dan (3) nilai sikap. Dengan dorongan untuk mengisi nilai-nilai itu maka kehidupan akan lebih bermakna. Makna hidup yang diperoleh manusia akan meringankan
beban atau gangguan kejiwaan yang dialaminya.
 
Pandangan Logoterapi

Teori tentang kodrat manusia dalam Logoterapi dibangun diatas tiga asumsi dasar, dimana antara yang satu dengan yang lainnya saling menopang, yakni:
  1. Kebebasan bersikap dan berkehendak (the freedom to will)
  2. Kehendak untuk hidup bermakna (the will to meaning)
  3. Tentang makna hidup (the meaning of life)

Asas Logoterapi Pada  hakikatnya  merupakan  inti  dari  setiap  perjuangan  hidup,  yakni mengusahakan  agar  kehidupan  senantiasa  berguna  bagi  diri  sendiri,  keluarga, masyarakat dan agama. Asas utama logoterapi yaitu:
  1. Hidup  itu  tetap  memiliki  makna  dalam  setiap  situasi.  Makna  adalah  sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga, dan didambakan serta memberi nilai khusus  bagi  seseorang  dan  ayak  dijadikan  tujuan  hidup.  Jika  makna  hidup berhasil  ditemukan  dan  dipenuhi  maka  akan  menyebabkan  kehidupan  berarti dan akan mendapatkan kebahagiaan sebagai ganjarannya.
  2. Setiap  manusia  memiliki  kebebasan  yang  hamper  tidak  terbatas  untuk menemukan  sendiri  makna  hidupnya.  Makna  hidup  dan  sumber-sumbernya dapat ditemukan dalam kehidupan itu sendiri khususnya pada pekerjaan yang dilakukan  dan  dalam  keyakinan  terhadap  harapan  dan  kebenaran  serta penghayatan atas keindahan, iman, dan cinta kasih.
  3. Setiap  manusia  memiliki  kemampuan  untuk  mengambil  sikap  terhadap penderiataan  dan  peristiwa  tragis  yang  dihadapi  setelah  upaya  mengatasinya telah dilakukan secara ptimal namun tidak berhasil. Maksudnya, jika kita tidak mungkin  mengubah  suatu  keadaan  sebaiknya  kita  mengubah  sikap  kita  atas keadaan itu agar kita tidak terhanyut secara negatif oleh keadaan itu.
Ketiga asas tersebut tercakup dalam ajaran logoterapi mengenai eksistensi dan makna hidup, sebagai berikut:
  1. Dalam  setiap  keadaan  termasuk  dalam  penderitaan  sekalipun  hidup  ini  selalu memberi/mempunyai makna.
  2. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
  3. Dalam  batas-batas  tertentu  manusia  memiliki  kebebasan  dan  tanggung  jawab pribadi  untuk  mamilih,  menentukan,  dan  memenuhi  makna  dan  tujuan hidupnya.
  4. Hidup  yang  bermakna  diperoleh  dengan  jalan  merealisasikan  tiga  nilai kehidupan  (nilai-nilai  kreatif/creative  values,  nilai-nilai penghayatan/experiental  values,  dan  nilai-nilai  bersikap/attitudinal  values)  

Sumber-sumber Makna Hidup Selama kita mampu melihat hikmah di setiap keadaan maka makna hidup mungkin  saja  dapat  ditemukan  dalam  keadaan  penderitaan.  Dalam  kehidupan  ini terdapat  beberapa  bidang  kegiatan  yang  secara  potensial  mengandung  nilai-nilai yang  memungkinkan  seseorang  dapat  menemukan  makna  hidupnya  aabila  nili-nilai tersebut dipenuhi.

Creative  values  seperti  berkarya,  bekerja,  serta  melaksanakan  tugas  dan kewajiban sebaiknya dengan penuh tanggung jawab. Melalui karya dan kerja kita dapat  menemukan  makna   hidup  dan  menghayati  kehidupan  secara  bermakna. Namun,  pekerjaan  hanyalah  sarana  yang  memberikan  kesempatan  untuk menemukan  dan  mengembangkan  makna  hidup,  sehingga  makna  hidup  tidak terletak pada pekerjaan tetapi lebih tergantung pada individu yang bersangkutan.

Experiental  values  yakni  keyakinan  dan  penghayatan  akan  nilai-nilai kebenaran, keindahan, keimanan, serta cinta kasih.
Attitudinal  values  yakni  menerima  dengan  penuh  ketabahan,  kesabaran, dan kebenaransegala bentuk bentuk penderitaan. Dalam hal ini yang diubah buka keadaannya tetapi sikap  yang diambil dalam menghadapi keadaan itu.

Hopefull  values,  harapan  adalah  keyakinan  akanterjadinya  hal-hal  yang baik  atau  perubahan  yang  menguntungkan  di  kemudian  hari.  Meskipun  harapan belum  tentu  menjadi  kenyataannamun  dapat  memberikan  sebuah  peluang  dan solusi  serta  tujuan  baru  yang  menjanjikan  dan  dapat  menimbulkan  semangat  dan optimisme.

Tujuan Konseling Logo  therapy  bertujuan  agar  dalam  masalah  yang  dihadapi  klien  dia  bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut. Ada pun tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
  1. Memahami  adanya  potensi  dan  sumber  daya  rohaniah  yang  secara  universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
  2. Menyadari  bahwa  sumber-sumber  dan  potensi  itu  sering  ditekan,  terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan;
  3. Memanfaatkan  daya-daya  tersebut  untuk  bangkit  kembali  dari  penderitaan untuk  mampu  tegak  kokoh  menghadapi  berbagai  kendala,  dan  secara  sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
Tahapan-tahapan Konseling  Logoterapi Proses  konseling  pada  umumnya  mencakup  tahap-tahap  :  perkenalan, pengungkapan  dan  penjajakan  masalah,  pembahasan  bersama,  evaluasi  dan penyimpulan,  serta  pengubahan  sikap  dan  perilaku.  Biasnya  setelah  masa konseling  berakhir  masih  dilanjutkan  pemantauan  atas  upaya  perubahan  perilaku dan klien dapan mlakukan konsultasi lanjutan jika diperlukan.

Konseling  logoterapi  berorientasi  pada  masa  depan  (future  oriented)  dan berorientasi  pada  makna  hidup  (meaning  oriented).  Relasi  yang  dibangun  antara konselor  dengan  konseli  adalah  encounter,  yaitu  hubungan  antar  pribadi  yang ditandai  oleh  keakraban  dan  keterbukaan,  serta  sikap  dan  kesediaan  untuk  saling menghargai, memahami dan menerima sepenuhnya satu sama lain. 

Ada  empat  tahap  utama  didalam  proses  konseling  logterapi  diantaranya adalah:
  1. Tahap  perkenalan  dan  pembinaan  rapport.  Pada  tahap  ini  diawali  dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi dengan pembina rapport yang makin  lama  makin  membuka  peluang  untuk  sebuah  encounter.  Inti  sebuah encounter  adalah  penghargaan  kepada  sesama  manusia,  ketulusan  hati,  dan pelayanan. Percakapan dalam tahap ini tak jarang memberikan efek terapi bagi konseli. 
  2. Tahap  pengungkapan  dan  penjajagan  masalah.  Pada  tahap  ini  konselor  mulai membuka  dialog  mengenai  masalah  yang  dihadapi  konseli.  Berbeda  dengan konseling  lain  yang  cenderung  membeiarkan  konseli  “sepuasnya” mengungkapkan  masalahnya,  dalam  logoterapi  konseli  sejak  awal  diarahkan untuk menghadapi masalah itu sebagai kenyataan. 
  3. Pada  tahap  pembahasan  bersama,  konselor  dan  konseli  bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti hidup sekalipun dalam penderitaan. 
  4. Tahap evaluasi dan penyimpulan mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya,  yaitu perubahan sikap dan perilaku konseli. Pada tahap-tahap ini tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap  makna  hidup,  penemuan  dan  pemenuhan  makna,  dan  pengurangan symptom.   

Hubungan Konselor dan Konseli dalam Logoterapi Dalam  logoterapi,  konseli  mampu  mengalami  secara  subjektif  persepsi-persepsi  tentang dunianya.  Dia  harus  aktif  dalam  proses  terapeutik,  sebab  dia harus  memutuskan  ketakutan-ketakutan,  perasaan-perasaan  berdosa  dan kecemasan-kecemasan apa yang akan dieksplorasi. Memutuskan untuk menjalani terapi saja sering merupakan tindakan yang menakutkan. Konseli dalam terapi ini, terlibat dalam pembukaan pintu diri sendiri. Pengalaman sering menakutkan atau menyenangkan  dan  mendepresikan  atau  gabungan  dari  semua  perasaan  tersebut.

Dengan  membuka  pintu  yang  tertutup,  konseli  mampu  melonggarkan  belenggu deterministic  yang  telah  menyebabkan  dia  terpenjara  secara  psikologis.  Lambat laun konseli mulai sadar, apa dia tadinya dan siapa dia sekarang serta klien lebih mampu menetapkan masa depan macam apa  yang diinginkannya. Melalui proses terapi,  konseli  bisa  mengeksplorasi  alternative-alternatif  guna  membuat pandangan-pandangan menjadi nyata.

Menurut  Frankl  (1959),  pencarian  makna  dalam  hidup  adalah  salah  satu ciri  manusia.  Dalam  pandangan  para  eksistensialis,  tugas  utama  konselor  adalah mengeksplorasi  persoalan-persoalan  yang  berkaitan  dengan  ketidakberdayaan, keputusasaan,  ketidakbermaknaan,  dan  kekosongan  eksistensial.  Tugas  proses terapeutik  adalah  menghadapi  masalah  ketidakbermaknaan  dan  membantu Konseli dalam membuat makna dari dunia yang kacau. 

Frankl  menandaskan  bahwa  fungsi  Konselor  bukanlah  menyampaikan kepada  Konseli  apa  makna  hidup  yang  harus  diciptakannya,  melainkan mengungkapkan  bahwa  Konseli  bisa  menemukan  makna,  bahkan  juga  dari penderitaan,  karena  penderitaan  manusia  bisa  diubah  menjadi  prestasi  melalui sikap yang diambilnya dalam menghadapi penderitaan itu.
Buhler  dan  Allen  (1972)  sepakat  bahwa  psikoterapi  difokuskan  pada pendekatan  terhadap  hubungan  manusia  alih-alih  sistem  teknik.    Para  ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
  1. Mengakui pentingya pendekatan dari pribadi ke konselor
  2. Menyadari peran dari tanggung jawab Konselor
  3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
  4. Berorientasi pada pertumbuhan
  5. Menekankan  keharusan  Konselor  terlibat  dengan  Konseli  sebagai  suatu pribadi yang menyeluruh
  6. Mengakui  bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan Konseli
  7. Memandang Konselor sebagai model, dalam arti bahwa Konselor dengan gaya hidup  dan  pandangan  humanistiknya  tentang  manusia  bisa  secara  implisit menunjukkan  potensi Konseli bagi tindakan kreatif dan positif
  8. Mengakui  kebebasan  Konseli    untuk  mengungkapkan  pandangan  dan  untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri
  9. Bekerja  ke  arah  mengurangi  ketergantungan  Konseli  serta  meningkatkan kebebasan Konseli

May  (1961)  memandang  tugas  Konselor  diantaranya  adalah  membantu Konseli  agar  menyadari  keberadaannya  dalam  dunia  :  “ini  adalah  ketika  pasien melihat  dirinya  sebagai  orang  yang  terancam,  yang  hadir  di  dunia  yang mengancam dan sebagai subjek yang memiliki dunia”.

Frankl  (1959)  menjabarkan  peran  Konselor  sebagai  “spesialis  mata daripada sebagai pelukis”, yang bertugas “memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien sehingga spektrum keseluruhan dari  makna dan nilai-nilai menjadi disadari dan dapat diamati oleh pasien”.

Hakikat Manusia dalam Logoterapi Berikut ini merupakan beberapa pandangan logoterapi terhadap manusia :
  1. Menurut  Frankl  manusia  merupakan  kesatuan  utuh  dimensi  ragawi,  kejiwaan dan spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual.
  2. Frankl  menyatakan  bahwa  manusia  memiliki  dimensi  spiritual  yang terintegrasi  dengan  dimensi  ragawai  dan  kejiwaan.  Perlu  dipahami  bahwa sebutan  “spirituality”  dalam  logoterapi  tidak  mengandung  konotasi keagamaan  karena  dimens  ini  dimiliki  manusia  tanpa  memandang  ras, ideology,  agama  dan  keyakinannya.  Oleh  karena  itulah  Frankl  menggunakan istilah  noetic  sebagai  padanan  dari  spirituality,  supaya  tidak  disalahpahami sebagai konsep agama.
  3. Dengan  adanya  dimensi  noetic  ini  manusiamampu  melakukan  self-detachment,  yakni  dengan  sadar  mengambil  jarak  terhadap  dirinya  serta mampu meninjau dan menilai dirinya sendiri.
  4. Manusia  adalah  makhluk  yang  terbuka  terhadap  dunia  luar  serta  senantiasa berinteraksi  dengan  sesama  manusia  dalam  lingkungan  sosial-budaya  serta mampu mengolah lingkungan fisik di sekitarnya.
Dengan  demikian,  dalam  pandangan  logoterapi  manusia  adalah  istimewa yang  memiliki  berbagai  kemampuan  dan  daya-daya  istimewa  pula.  Sadar  diri, kemampuan  mengambil  jarak  dan  transendensi  diri  menunjukan  kemampuan manusia  untuk  melampaui  dimensi  ragawi  (antara  lain  bawaan  dan  insting)  dan pengaruh lingkungan serta mampu mengarahkan diri kepada hal-hal diluar dirinya seperti makna hidup dan orang-orang yang dikasihinya. Manusia pun menemukan makna  hidup  melalui  apa  yang  diberikan  kepada  lingkungan,  apa  yang  yang diambilnya dari lingkungan (menghayati keindahan dan cinta kasih ), serta sikap tepat atas kodisi tragis yang tak dapat dihindari (misalnya kematian).

Pandangan Logoterapi Terhadap Masalah Dalam ilmu psikologi Eksistensial, masalah makna hidup banyak dibahas. Salah  seorang  tokohnya  yang  banyak  membahas  masalah  makna  hdsup  adalah Victor  Frankl  seorang  psikiater  dari  Austria  dengan  teorinya  yang  disebut logoterapi. Menurut Frankl pada dasarnya manusia selalu menginginkan hidupnya selalu bermakna. Hidup yang tidak berarti membuat orang mengalami kehampaan eksistensial  dan  selanjutnya  akan  menimbulkan  frustasi  eksistensial  (frustasi kerena tidak bisa memenuhi keinginanya kepada makna).  

Konseling  logoterapi  merupakan  konseling  untuk  membantu  individu mengatasi  masalah  ketidakjelasan  makna  dan  tujuan  hidup,  yang  sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah hidup.. Dalam logoterapi masalah adalah  ujian  hidup  yang  menurut  Frankl  harus  dihadapi  dengan  keberanian  dan kesabaran.  Yakni  keberanian  untuk  membiarkan  masalah  ini  untuk  sementara waktu  tak  terpecahkan,  dan  kesabaran  untuk  tidak  menyerah  dan  mengupayakan penyelesaian. 

Logoterapi  dapat  digambarkan  sebagai  corak  psikologi  yang  mengakui adanya  dimensi  kerohanian  pada  manusia  di  samping  dimensi  ragawi  dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna  (the will of meaning) merupakan motivasi utama  manusia guna  meraih  taraf  kehidupan  bermakna  (the  meaningful  life)  yang didambakannya.

Hidup  akan  memiliki  makna  dalam  setiap  situasi  selama  kita  mampu mengambil  hikmah,  bahkan  dalam  penderitaan  dan  kepedihan  sekalipun.  Makna adalah  sesuatu  yang  dirasakan  penting,  benar,  berharga  dan  didambakan  serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup. Setiap manusia  memiliki  kemampuan  untuk  mengambil  sikap  terhadap  peristiwa  tragis yang  tidak  dapat  dielakkan  lagi  yang  menimpa  dirinya  sendiri  dan  lingkungan sekitar (penderitaan dan kepedihan).  

Makna  hidup  setiap  manusia  dapat  ditentukan  sendiri  olehnya,  karena manusia  memiliki  kebebasan yang  hampir  tidak  terbatas.  Dari  kebebasannya manusia  dapat  memilih  makna  atas  setiap  peristiwa  yang  terjadi  dalam  diri, apakah  itu  makna  positif  atupun  makna  yang  negatif.  Dan  makna  positif  ini  lah yang dimaksud dengan hidup bermakna.


Sumber :
Bastaman,  H.D.  2007.  Logoterapi  “Psikologi  untuk  Menemukan  Makna  Hidup dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Christia, Mellia. (2011). Meraih Hidup Bermakna. Seminar. Universitas Indonesia: Depok

Selasa, 30 April 2013

Behavior Therapy

Terapi behavioral atau terapi perilaku berasal dari dua konsep yakni dari Ivan Pavlov dan B.F. Skinner. Mula-mula terapi ini dikembangkan oleh Wolpe (1985) untuk menanggulangi (treatment) neurosis. Dasar teori Behavioral adalah bahwa prilaku dapat dipahami sebagai hasil kombinasi:
  1. Belajar waktu lalu dalam hubungannya dengan keadaan yang serupa;
  2. Keadaan motivasional sekarang dan efeknya terhadap kepekaan terhadap lingkungan;
  3. Perbedaan-perbedaan biologik baik secara genetik atau karena gangguan fisiologik.
Para konselor behavioral memandang kelainan prilaku sebagai kebiasaan yang dipelajari. Karena itu dapat diubah dengan mangganti situasi positif yang direkayasa sehingga kelainan prilaku berubah menjadi positif.

Terapi perilaku adalah penggunaan prinsip dan paradigm belajar yang ditatpkan secara eksperimental untuk mengatasi perilaku tidak adaptif. Dalam prakteknya, terapi perilaku adalah penekanan pada analisis perilaku untuk menguji secara sistematik hipotesis mana terapi didasarkan.

Ciri-ciri Behavioral Therapy
  1. Berfokus pada tingkah laku yang tampak dan spesifik;
  2. Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan terapeutik;
  3. Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien;
  4. Penafsiran objektif atas tujuan terapeutik
Behavior therapy beranggapan bahwa kondisi klien merupakan akibat dari stimulus konselor, dengan begitu konselor dalam setiap mengadakan konseling harus mempunyai stimulus kepada klien, sehingga klien dengan mudah dan cepat merasakan stimulus yang diberikan.

Tujuan Terapi Perilaku
  1. Mengubah perilaku yang tidak sesuai pada klien
  2. Membantu klien belajar dalam proses pengambilan keputusan secara lebih efisien.
  3. Mencegah munculnya masalah di kemudian hari.
  4. Memecahkan masalah perilaku khusus yang diminta oleh klien.
  5. Mencapai perubahan perilaku yang dapat dipakai dalam kegiatan kehidupannya.
Teknik-Teknik Terapi Perilaku
  1. Desensitisasi sistematik dipandang sebagai proses deconditioning atau counterconditioning. Prosedurnya adalah memasukkan suatu respons yang bertentangan dengan kecemasan, seperti relaksasi. Individu belajar untuk relaks dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan.
  2. Flooding adalah prosedur terapi perilaku di mana orang yang ketakutan memaparkan dirinya sendiri dengan apa yang membuatnya takut, secara nyata atau khayal, untuk periode waktu yang cukup panjang tanpa kesempatan meloloskan diri.
  3. Penguatan sistematis (systematic reinforcement) didasarkan atas prinsip operan, yang disertai pemadaman respons yang tidak diharapkan. Pengkondisian operan disertai pemberian hadiah untuk respons yang diharapkan dan tidak memberikan hadiah untuk respons yang tidak diharapkan.
  4. Pemodelan (modeling) yaitu mencontohkan dengan menggunakan belajar observasionnal. Cara ini sangat efektif untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan, karena memberikan kesempatan kepada klien untuk mengamati orang lain mengalami situasi penimbul kecemasan tanpa menjadi terluka. Pemodelan lazimnya disertai dengan pengulangan perilaku dengan permainan simulasi (role-playing).
  5. Regulasi diri melibatkan pemantauan dan pengamatan perilaku diri sendiri, pengendalian atas kondisi stimulus, dan mengembangkan respons bertentangan untuk mengubah perilaku maladaptif.
Teori dasar Metode Terapi Perilaku
  1. Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau dipelajari (learned)
  2. Terapi  untuk perilaku maladaptif adalah dg penghilangan kebiasaan (deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning)
  3. Untuk menguatkan perilaku adalah dg pembiasaan perilaku (operant and clasical conditioning)
Fungsi dan Peran Terapis
Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan adjustive.

Hubungan antara Terapis dan Klien
Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang esensial dalam proses terapeutik, peran terapis yang esensial adalah peran sebagai agen pemberi perkuatan. Para terapis tingkah laku menghindari bermain peran yang dingin dan impersonal sehingga hubungan terapeutik lebih terbangun daripada hanya memaksakan teknik-teknik kaku kepada para klien.

Kelemahan Dan Kelebihan Behavioral Therapy
Kelebihan yang terdapat dari behavioral therapy ialah memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu diperbaharui; waktu dalam konseling relatif singkat; kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik.

Kelemahan yang terdapat dari behavioral therapy ialah mengabaikan faktor relasional penting dalam terapi; tidak memberikan wawasan; mengobati gejala bukan penyebab; melibatkan kontrol dan manipulasi oleh konselor.


Sumber:Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Corey G. (2009). Theory and practice of   counseling and psychotherapy. Belmont: Cole.

Selasa, 23 April 2013

Terapi Rasional Emotif

Rational Emotive Therapy atau Teori Rasional Emotif mulai dikembangan di Amerika pada tahun 1960-an oleh Alberl Ellis, seorang Doktor dan Ahli dalam Psikologi Terapeutik yang juga seorang eksistensialis dan juga seorang Neo Freudian.

Terapi rasional emotif  adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme, dan mencela diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri.

Terapi rasional emotif menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakat. Manusia dilahirkan dengan kecenderungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat, dan kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Jika tidak segera mencapai apa yang diinginkannya, manusia mempersalahkan dirinya sendiri ataupun orang lain.

Terapi rasional emotif menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara stimulan. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan- perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifik. Menurut Allbert Ellis, manusia bukanlah makhluk yang sepenuhnya ditentukan secara biologis dan didorong oleh naluri-naluri. Ia melihat individu sebagai makhluk unik dan memiliki kekuatan untuk memahami keterbatasan-keterbatasan, untuk mengubah pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar yang telah diintroyeksikannya secara tidak kritis pada masa kanak-kanak, dan untuk mengatasi kecenderungan-kecenderungan menolak diri sendiri. Sebagai akibatnya, mereka akan bertingkah laku berbeda dengan cara mereka bertingkah laku di masa lampau. Jadi, karena bisa berpikir dan bertindak sampai menjadikan dirinya berubah, mereka bukan korban-korban pengkondisian masa lampau yang pasif.

Unsur pokok terapi rasional emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih, dan dalam prakteknya kedua hal itu saling terkait. Emosi disebabkan dan dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intristik. Pikiran-pikiran seseorang dapat menjadi emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu dapat menjadi pemikiran seseorang. Atau dengan kata lain, pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran. Pikiran seseorang dapat menjadi emosinya, dan emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi pikiran.

Pandangan yang penting dari teori rasional emotif adalah konsep hahwa banyak perilaku emosional indiuidu yang berpangkal pada “self-talk:” atau “omong diri” atau internatisasi kalimat-kalimat yaitu orang yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang pikiran dan emosi yang bersifat negatif. Adanya orang-orang yang seperti itu, menurut Eilis adalah karena: (1) terlalu bodoh untuk berpikir secara jelas, (2) orangnya cerdas tetapi tidak tahu bagaimana berpikir secara cerdas tetapi tidak tahu bagaimana berpikir secara jelas dalam hubungannya dengan keadaan emosi, (3) orangnya cerdas dan cukup berpengetahuan tetapi terlalu neurotik untuk menggunakan kecerdasan dan pengetahuan seeara memadai.

Tujuan dari Rational Emotive Theory adalah:

  1. Memperbaiki dan mengubah segala perilaku yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan dirinya.
  2. Menghilangkan gangguan emosional yang merusak
  3. Untuk membangun Self Interest, Self Direction, Tolerance, Acceptance of Uncertainty, Fleksibel, Commitment, Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.

Ellis menunjukkan bahwa banyak jalan yang digunakan dalam Terapi rasional emotif yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu : " meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik". Tujuan psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri merka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka.
Ringkasnya, proses terapeutik terdiri atas penyembuhan irasionalitas dengan rasionalitas. Karena individu pada dasarnya adalah makhluk rasional dan karena sumber ketidak bahagiaannya adalah irasionalitas, maka individu bisa mencapai kebahagiaan dengan belajar berpikir rasional. Proses terapi, karenanya sebagian besar adalah proses belajar-mengajar. Menghapus pandangan hidup klien yang mengalahkan diri dan membantu klien dalam memperoleh pandangan hidup yang lebih toleran dan rasional.

Teori A-B-C tentang Kepibadian

Terapi rasional emotif dimulai dengan ABC: A  adalah activating experiences atau pengalaman-pengalaman pemicu, seperti kesulitan-kesulitan keluarga, kendala-kendala pekerjaan, trauma-trauma masa kecil, dan hal-hal lain yang kita anggap sebagai penye¬bab ketidak bahagiaan. B adalah beliefs, yaitu keyakinan-ke¬yakinan, terutama yang bersifat irasional dan merusak diri sendiri yang merupakan sumber ketidakbahagiaan kita. C adalah consequence, yaitu konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi-emosi negatif seperti panik, dendam dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan-¬keyakinan kita yang keliru.

Pada dasarnya, kita merasakan sebagaimana yang kita pikirkan. Maka, alangkah lebih baiknya apabila kita selalu memiliki perasaan positif. Tindakan palilng efisien untuk membantu orang-orang dalam membuat perubahan-perubahan kepribadiannya adalah dengan mengkonfrontasikan mereka secara langsung dengan filsafat hidup mereka sendiri, menerangkan kepada mereka bagaimana cara berfikir secara logis, sehingga mengajari mereka untuk mampu mengubah atau bahkan menghapuskan keyakinan-keyakinan irasionalnya.

Ellis menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang terapis harus me¬lawan (dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar kliennya bisa menikmati dampak-dampak (effects; E) psi¬kologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional. Dalam pelaksanaan Terapi rasional emotif ini, terapis harus benar-benar mengenal dirinya sendiri dengan baik, sehingga ia bisa memisahkan falsafah hidupnya dan tindak memaksakan keyakinannya pada klien. Disamping itu, terapis juga harus mengetahui timing yang tepat untuk memberikan dorongan pada klien. Terapis harus menghindari terjadinya indoktrinasi atas diri klien. Yang perlu dilakukan terapis hanyalah menyampaikan kepada klien apa yang salah dan bagaimana klien harus mengubahnya menjadi benar.

Sebagai contoh, “orang depresi merasa sedih dan ke¬sepian karena dia keliru berpikir bahwa dirinya tidak pantas dan merasa tersingkir”. Padahal, penampilan orang depresi sama saja dengan orang yang tidak mengalami depresi. Jadi, Tugas seorang terapis bukanlah menyerang perasaan sedih dan kesepian yang dialami orang depresi, melainkan me¬nyerang keyakinan mereka yang negatif terhadap diri sendiri. Walaupun tidak terlalu penting bagi seorang terapis mengetahui titik utama keyakinan-keyakinan irasional tadi, namun dia harus mengerti bahwa keyakinan tersebut adalah hasil “pengondisian filosofis”, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang muncul secara otomatis, persis seperti kebiasaan kita yang langsung mengangkat dan menjawab telepon setelah mendengarnya berdering.

Ellis juga menambahkan bahwa secara biologis manusia memang “diprogram” untuk selalu menanggapi “pengondisian-pengondisian” semacam ini. Keyakinan-keyakinan irasional tadi biasanya berbentuk pernyataan-pernyataan absolut. Ada beberapa jenis “pikiran¬-pikiran yang keliru” yang biasanya diterapkan orang, di antaranya:
  1. Mengabaikan hal-hal yang positif,
  2. Terpaku pada yang negatif,
  3. Terlalu cepat menggeneralisasi.
Fungsi dan Peran Terapis

Aktifitas-aktifitas therapeutic utama Terapi rasional emotif dilaksanakan dengan satu maksud utama, yaitu : membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis dan untuk belajar gagasan-gagasan yang logis sebagai penggantinya. Sasarannya adalah menjadikan klien menginternalisasi suatu filsafat hidup yang rasional sebagaimana dia menginternalisasi keyakinan-keyakinan dagmatis yang rasional dan takhyul yang berasal dari orang tuanya maupun dari kebudayaannya.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, terapis memiliki tugas-tugas yang spesifik yaitu :
  1. Mengajak klien untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah laku.
  2. Menantang klien untuk menguji gagasan-gagasannya.
  3. Menunjukkan kepada klien ketidaklogisan pemikirannya.
  4. Menggunakan suatu analisis logika untuk meminimalkan keyakinan-keyakinan irasional klien.
  5. Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan bagaimana keyakinan-keyakinan akan mengakibatkan gangguan-gangguan emosional dan tingkah laku di masa depan.
  6. Menggunakan absurditas dan humor untuk menghadapi irasionalitas pikiran klien
  7. Menerangkan bagaimana gagasan-gagasan yang irasional bisa diganti dengan gagasan-gagasan yang rasional yang memiliki landasan empiris, dan
  8. Mengajari klien bagaimana menerapkan pendekatan ilmiah pada cara bepikir sehingga klien bisa mengamati dan meminimalkan gagasan-gagasan irasional dan kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis sekaang maupun masa yang akan datang, yang telah mengekalkan cara-cara merasa dan berperilaku yang merusak diri.
Hubungan antara Terapis dan Klien

Teapis berfungsi sebagai guru dan klien sebagai murid. Hubunagn pribadi antara terapis dan klien tidak esensial. Klien memperoleh pemahaman atas masalah dirinya dan kemudian harus secara aktif menjalankan pengubahan tingkah laku yang mengalahkan diri.

Teknik dan prosedur praktek dari terapi rasional-emotif

Metode kognitif. Beberapa teknik kognitif antara lain :
  1. Mempertanyakan keyakinan irasional. Terapis menunjukan kepada klien bahwa mereka terganggu bukan karena peristiwa tertentu yang terjadi melainkan karena persepsi mereka sendiri atas peristiwa itu dan karena sifat dari pernyataan mereka terhadap diri sendiri.
  2. Pekerjaan rumah kognitif. Mereka diberi pekerjaan rumh yaitu cara untuk melacak “seharusnya” yang mutlak merupakan bagian dari pesan diri mereka yang terinternalisasi.
  3. Mengubah gaya berbahasa seseorang. Klien belajar bahwa “seharusnya” bisa diganti dengan preferensi. Praktisi berlandasan bahwa bahasa membentuk pola berpikir dan pola berpikir membentuk bahasa.
  4. Penggunaan humor. TRE berpendapat bahwa gangguan emosional sering kali merupakan hasil dari sikap diri yang terlalu serius dalam memandang hidup mereka kehilangan cita rasa perspektifnya serta rasa humor.

Metode emotif. Beberapa teknik emotif antara lain :
  1. Imaginasi rasional emotif. Klien membayangkan mereka sedang berpikir, merasakan, dan berperilaku tepat seperti yang akan mereka lakukan dalam imaginasi mereka serta merasakan dan berperilaku dalam kehidupan nyata.
  2. Bermain peran. Terapis sering meninterupsi untuk menunjukan kepada klien apa yang mereka katakan tentang diri mereka sendiri yang menciptkan gangguan dan apa yang mereka perbuat untuk mengubah perasaan mereka yang tidak pada tempatnya menjadi sesuai.
  3. Latihan menyerang rasa malu. Maksud utama dari latihan ini adalah bahwa klien berusaha untuk tidk merasa mlu meskipun orang lain jelas-jelas tidak menyetujuinya.
  4. Penggunaan kekuatan dan ketegaran. Klien ditunjukan bagaimana cara menggunakan dialog keras pada diri mereka sendiri dimana mereka mengungkapkan keyakinan irasional mereka dan selanjutnya mempertanyakannya.

Langkah-Langkah Terapi Rasional Emotif

  1. Langkah pertama, Konselor berusaha menunjukkan bahwa cara berfikir klien harus logis kemudian membantu bagaimana dan mengapa klien sampai pada cara seperti itu, menunjukkan pola hubungan antara pikiran logis dan perasaan yang tidak bahagia atau dengan gangguan emosi yang di alami nya.
  2. Langkah kedua, Menunjukkan kepada klien bahwa ia mampu mempertahankan perilakunya maka akan terganggu dan cara pikirnya yang tidak logis inilah yang menyebabkan masih adanya gangguan sebagaimana yang di rasakan.
  3. Langkah ketiga, Bertujuan mengubah cara berfikir klien dengan membuang cara berfikir yang tidak logis
  4. Langkah keempat, Dalam hal ini konselor menugaskan klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata.

Ciri-Ciri Terapi Rasional Emotif

  1. Dalam menelusuri masalah klien yang di bantu nya, konselor berperan lebih aktif di bandingkan klien. Maksudnya adalah bahwasannya peran konselor disini harus bersikap efektif dan memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang di hadapi klien dan bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah yang di hadapi artinya konselor harus melibatkan diri dan berusaha menolong kliennya supaya dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan di sesuaikan dengan potensi yang di miliki nya.
  2. Dalam proses hubungan konseling harus tetap di ciptakan dan di pelihara hubungan baik dengan klien. Dengan sikap yang ramah dan hangat dari konselor akan mempunyai pengaruh yang penting demi suksesnya proses konseling sehingga dengan terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman ketika berhadapan dengan klien.
  3. Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini di pergunakan oleh konselor untuk membantu klien mengubah Cara berfikirnya yang tidak rasional menjadi rasional.
  4. Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak menelusuri masa lampau klien.
  5. Diagnosis (rumusan masalah) yang di lakukan dalam konseling rasional emotif bertujuan untuk membuka ketidak logisan cara berfikir klien. Dengan melihat permasalahan yang di hadapi klien dan faktor penyebabnya, yakni menyangkut cara pikir klien yang tidak rasional dalam menghadapi masalah, yang pada intinya menunjukkan bahwa cara berpikir yang tidak logis itu sebenarnya menjadi penyebab gangguan emosionalnya.

Kelebihan Terapi rasional emotif

  1. Pendekatan ini cepat sampai kepada masalah yang dihadapi oleh klien. Dengan itu perawatan juga dapat dilakukan dengan cepat.
  2. Kaedah pemikiran logik yang diajarkan kepada klien dapat digunakan dalam menghadapi gejala yang lain.
  3. Klien merasakan diri mereka mempunyai keupayaan intelektual dan kemajuan dari cara berfikir.

Kelemahan Terapi rasional emotif

  1. Ada klien yang boleh ditolong melalui analisa logik dan falsafah, tetapi ada pula yang tidak begitu geliga otaknya untuk dibantu dengan cara yang sedemikian yang berasaskan kepada logika.
  2. Ada sebagian klien yang begitu terpisah dari realiti sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata sukar sekali dicapai.
  3. Ada juga klien yang terlalu berprasangka terhadap logik, sehingga sukar untuk mereka menerima analisa logik.
  4. Ada juga sebagian klien yang memang suka mengalami gangguan emosi dan bergantung kepadanya di dalam hidupnya, dan tidak mahu membuat apa-apa perubahan lagi dalam hidup mereka.


Sumber :
Amir Awang. Pengantar Bimbingan dan Kaunseling Di Malaysia. Pulau Pinang: University Sains Malaysia, 1997
Corey, Gerald. (1995. Teori dan praktek dari konseling dan psikoterapi. Semarang : IKIP Semarang Press