CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 27 Maret 2013

Terapi Eksistensial Humanistik

Menurut kartini kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa terapi eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi yang menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup.

Menurut pandangan eksistensialis manusia memiliki kesadaran akan dirinya sendiri. Ini merupakan kemampuan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya yang membuat manusia mengenang dan mengambil keputusan. Dengan kesadaran, manusia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan tentang cara hidup, dan bertanggung jawab terhadap pilihan yang dibuatnya. Dapat dikatakan bahwa manusialah yang menentukan nasibnya sendiri, dialah sebagai penulis atau pengkreasi atau sebagai arsitek bagi kehidupannya.

Tujuan Eksistensial Humanistik
Tujuan mendasar eksistensial humanistik adalah membantu individu menemukan nilai, makna, dan tujuan  alam hidup manusia sendiri. Juga diarahkan untuk membantu klien agar menjadi lebih sadar bahwa mereka memiliki kebebasan untuk memilih dan bertindak, dan kemudian membantu mereka membuat pilihan hidup yang memungkinkannya dapat mengaktualisasikan diri dan mencapai kehidupan yang bermakna.

Fungsi dan Peran Terapis
Dalam pandangan eksistensialis tugas utama dari seorang terapis adalah mengeksplorasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan ketakberdayaan, keputusasaan, ketakbermaknaan, dan kekosongan eksistensial serta berusaha memahami keberadaan klien dalam dunia yang dimilikinya. May (1981), memandang bahwa tugas terapis bukanlah untuk merawat atau mengobati konseli, akan tetapi diantaranya adalah membantu klien agar menyadari tentang apa yang sedang mereka lakukan, dan untuk membantu mereka keluar dari posisi peran sebagai korban dalam hidupnya dalam keberadaanya di dunia.

Proses dan Teknik Konseling Eksistensial humanistik
  1. Tahap pertama, konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
  2. Pada tahap kedua, klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dari system mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
  3. Tahap ketiga berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupanya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya.
Psikologi humanistik meliputi beberapa pendekatan untuk konseling dan psikoterapi. Pada pendekatan-pendekatan awal ditemukan teori perkembangan dari Abraham Maslow, yang menekankan pada hirarki kebutuhan dan motivasi, psikologi eksistensial dari Rollo May yang mempelajari pilihan-pilihan manusia dan aspek tragis dari keksistensian manusia, dan terapi person-centered atau client-centered dari Carl Rogers, yang memusatkan seputar kemampuan klien untuk mengarahkan diri sendiri (self-direction) dan memahami perkembangan diri sendiri. Pendekatan-pendekatan lain dalam konseling dan terapi psikologi humanistik adalah Gestalt therapy, humanistic psychotherapy, depth therapy, holistic health, encounter groups, sensitivity training, marital and family therapies, body work, dan the existential psychotherapy dari Medard Boss. Teori humanisitk juga mempunyai pengaruh besar pada bentuk lain dari terapi yang populer, seperti Harvey Jackins' Re-evaluation Counselling dan studi dari Carl Rogers. Seperti yang disebutkan oleh Clay.psikologi humanistik cenderung untuk melihat melebihi model medikal dari psikologi dengan tujuan membuka pandangan non-patologis dari seseorang. Kunci dari pendekatan ini adalah pertemuan antara terapis dan klien dan adanya kemungkinan untuk berdialog. Hal ini seringkali berimplikasi terapis menyingkirkan aspek patologis dan lebih menekankan pada aspek sehat dari seseorang.

Sumber:
www.psikomedia.com/article/pdf?id=2408
http://fyanti51.blogspot.com/2012/04/teknik-terapi-psikoanalisis-dan.html
Misiak, henryk.2005.psikologi fenomenologi,eksistensial dan humanistic. Bandung: PT rafika aditama.

Senin, 18 Maret 2013

Terapi Psikoanalisa


Di dalam terapi Psikoanalisa ini, peran seorang terapis antara lain adalah : membantu klien dalam mencapai kesadaran diri (conscious), kejujuran, dan keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis ; membangun hubungan kerja yang profesional dengan klien, yaitu dengan banyak mendengarkan cerita atau uraian dari klien dan menafsirkannya; terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien (maksudnya adalah terapis harus peka terhadap masalah/bagian dari cerita atau uraian apa saja yang tidak ingin diceritakan oleh klien. Dari situ terapis bisa mulai mengetahui topik apa yang mengganggu klien atau akar masalah klien) ; mendengarkan kesenjangan-kesenjangan dan pertentangan-pertentangan pada cerita klien (hal ini dimaksudkan agar terapis menganalisis kesenjangan dan pertentangan itu untuk mengetahui akar dari masalah yang menggelayuti klien).

Kata psikoanalisa dikenalkan pertama kali oleh Sigmund Freud. Ia membandingkan jiwa dengan gunung es di mana bagian lebih kecil yang muncul di permukaan air menggambarkan daerah kesadaran, sedangkan massa yang jauh lebih besar di bawah permukaan air mengaambarkan daerah ketidaksadaran. Artinya di dalam daerah ketidaksadaran yang sangat luas ini ditemukan dorongan-dorongan, nafsu-nafsu, ide-ide, dan perasaan-perasaan yang ditekan.

Struktur kepribadian menurut Freud tersusun dari 3 sistem, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah sistem kepribadian yang asli. Ciri kerja Id disebut dengan “prinsip kesenangan”, ( pleasure principle). Ego adalah kenyataan objektif bisa di sebut juga penyeimbang antara id dan super ego. Ego disebut juga prinsip kenyataan. Superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai, norma, moral yang mencerminkan yang ideal dan bukan ideal.

Metode yang digunakn dalam terapi psikoanalisis/psikoanalisa
  1. Hipnotis. Hipnotis dialihkan untuk menimbulkan suatu keadaan kesadaran yang berubah melalui sugesti verbal. 
  2. Asosiasi Bebas. Asosiasi bebas secara sederhana didefinisikan sebagai bicara bebas, yaitu sesuatu yang tidak lebih dari berbicara tentang apa yang terlintas dalam pikiran, beralih dari satu topik menuju topik lain dalam suatu urutan yang bergerak bebas serta tidak mengikuti agenda tertentu.
  3. Analisis Mimpi. Mimpi, dipercaya Freud sebagai “jalan yang sangat baik menuju ketaksadaran”. Hal tersebut didasari kepercayaan Freud bahwa mimpi itu perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar. Dalam hal ini, mimpi mengandung muatan manifes atau manifest content dan content latent atau  muatan laten. Yang disebut pertama merupakan materi mimpi yang dialami dan dilaporkan. Sedangkan yang disebut kemudian, ialah materi bawah sadar yang disimbolisasikan atau diwakili oleh mimpi.
  4. Transferensi. Dalam psikoanalitik Freud, transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketaksadaran pasien karena alat ini mendorong pasien untuk menghidupkan kembali pelbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya.
  5. Penafsiran. Penafsiran itu sendiri adalah penjelasan dari psikoanalis tentang makna dari asosiasi-asosiasi, berbagai mimpi, dan transferensi dari pasien. Sederhananya, yaitu setiap pernyataan dari terapis yang menafsirkan masalah pasien dalam suatu cara yang baru. Penafsiran oleh analis harus memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi kapan waktu yang baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.


Sumber :
Semiun ,Yustinus. 2006. Teori kepribadian dan terapi psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius
http://psikologioke.wordpress.com/2012/04/02/terapi-psikoanalisa/