CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 07 Mei 2013

Logotherapy

Logoterapi secara bahasa atau linguistik berasal dari kata logos dari bahasa yunani yang berarti “makna”. Logoterapi juga dapat dikatakan sebagai sebuah upaya eksistensial untuk menjalani kehidupan secara sehat melalui makna-makna kehidupan dari pribadi atau diri manusia. Keinginan mencari makna hidup merupakan dasar utama dari aliaran psikologi logoterapi ini. Logoterapi mengakui adanya dimensi kerohanian dan memanfaatkannya untuk mengembangkan hidup yang bermakna, (Christia,2011).

Logoterapi  terkadang  disebut aliran  ketiga  dalam  terapi  psikis,  aliran  yang  lainnya  adalah  analisis  kejiwaan (Freud) dan psikologi individual (Adler). Mereka berbeda dalam analisis kejiwaan yang  fokus  pada  tekad  kesenangan,  psikologi  individual  fokus  pada  tekad kekuatan dan logoterapi fokus pada tekad makna.

Hidup itu singkat dan penuh potensi serta kemungkinan-kemungkinan. Hal yang  terpenting  bukan  karakter,  insting,  inisiatif  kita,  tetapi  bagaiman  kita bersikap  terhadap  hal-hal  tersebut.  Kita  bebas  membentuk  karakter  kita  dan bertanggung  jawab  juga  terhadap  apa  yang  kita  buat  untuk  diri  kita  sendiri.  Ada tiga fungsi manusia secara jelas: hati nurani, refleksi contoh, dan kapasitas untuk membuat diri sendiri sebagai objek.

Logoterapi  mengajarkan  bahwa  setiap  kehidupan  individu  mempunyai maksud,  tujuan,  makna  yang  harus  diupayakan  untuk  ditemukan  dan  dipenuhi. Hidup  kita  tidak  lagi  kosong  jika  kita  menemukan  suatu  sebab  dan  sesuatu  yang dapat  mendedikasikan  eksistensi  kita.  Namun  kalaulah  hidup  diisi  dengan  penderitaaan  pun,  itu  adalah  kehidupan  yang  bermakna,  karena  keberanian  menanggung  tragedi  yang  tak  tertanggungkan  merupakan  pencapaian  atau  prestasi dan kemenangan.

Banyak orang menyatakan bahwa logoterapi Victor E. Frankl sangat dekat dengan  ajaran  agama  (spiritual),  atau  juga  bisa  merupakan  "agama  sekuler".  Bagi  Frankl  makna  hidup  adalah  daya  yang  membimbing  eksistensi  manusia,  sebagaimana  para  Nabi  membimbing  umatnya.

Kesadaran dan Ketidaksadaran Dalam pencarian makna melibatkan kesadaran dan keidaksadaran. Logoterapi fokus  terhadap  kehidupan  spiritual  kita  karena  pada  dasarnya  kita  makhluk spiritual.  Kata  spiritual  disini  bukan  kata  pada  makna  keagamaan.  Fenomena spiritual kita dapa sadar atau tidak.
  1. Ketidaksadaran Spiritual, Dasar  kehidupan  mnusia    akhirnya  adalah  tidak  sadar.  ada  perbedaan diantara  ketidaksadaran  spiritual  dan  instingtual.  Freud  menganggap ketidaksadarn  sebagai  insting  yang  tertindas,  kejiwaan  yang  dalam mengikuti  klien  pada  dalamnya  jiwa  mereka  daripada  fokus  terhadap jasmani  yang  tertindas.  ada  kesulitan  pada  diri  yang  dasarnya  tidak terefleksikan: ’ Hidup berada pada aksi bukan refleksi’ Frankl.
  2. Ketidaksadaran Keagamaan, Ketika impian dianalisis, keagamaan  yang tidak sadar dan tertindas, tidak tertutupi.  Ketidaksadran  keagamaan  ada  pada  ketidaksadaran  spiritual. Menurut  Jung,  ketidaksadaran  keagamaan  datang  dari  penyimpanan impersonal  dari  bayangan  manusia.  Frank  mengatakan  sebagai perbandingan bahwa hal tersebut berasal dari pusat kepribadian dari setiap manusia. Eksistensial dari keagamaan harus spontan, dan ketika harus asli, harus  diungkapkan  pada  langkah  sendiri.  Frank  (1975):  ’sekali malaikat tertindas, ia akan berubah menjadi setan’. 
Hati Nurani
Hati  nurani  memiliki  keaslian  dalam  ketidaksadaran  spiritual  dan dibandingkan  secara  individual  dengan  insting.  Hati  nurani  dideskripsikan sebagai ’insting etika’ dan memiliki kualitas luar biasa. 

Makna
Menurut  Frank  (1955)  kita  tidak  akan  pernah  menghindar  dari  tugas memilih  diantara  kemungkinan-kemungkinan.  Banyak  orang  mengabaikan masa  lalu  mereka  sebagai  sumber  makna  di  kehidupan  mereka,  padahal mengindetifikasi  sumber  makna  di  masa  lalu  dapat  memberi  makna  di  masa sekarang.  Makna  hidup  itu  harus  dicari  oleh  manusia.  Di  dalam  makna tersebut tersimpan nilai-nilai yaitu : (1) nilai kreatif, (2) nilai pengalaman, dan (3) nilai sikap. Dengan dorongan untuk mengisi nilai-nilai itu maka kehidupan akan lebih bermakna. Makna hidup yang diperoleh manusia akan meringankan
beban atau gangguan kejiwaan yang dialaminya.
 
Pandangan Logoterapi

Teori tentang kodrat manusia dalam Logoterapi dibangun diatas tiga asumsi dasar, dimana antara yang satu dengan yang lainnya saling menopang, yakni:
  1. Kebebasan bersikap dan berkehendak (the freedom to will)
  2. Kehendak untuk hidup bermakna (the will to meaning)
  3. Tentang makna hidup (the meaning of life)

Asas Logoterapi Pada  hakikatnya  merupakan  inti  dari  setiap  perjuangan  hidup,  yakni mengusahakan  agar  kehidupan  senantiasa  berguna  bagi  diri  sendiri,  keluarga, masyarakat dan agama. Asas utama logoterapi yaitu:
  1. Hidup  itu  tetap  memiliki  makna  dalam  setiap  situasi.  Makna  adalah  sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga, dan didambakan serta memberi nilai khusus  bagi  seseorang  dan  ayak  dijadikan  tujuan  hidup.  Jika  makna  hidup berhasil  ditemukan  dan  dipenuhi  maka  akan  menyebabkan  kehidupan  berarti dan akan mendapatkan kebahagiaan sebagai ganjarannya.
  2. Setiap  manusia  memiliki  kebebasan  yang  hamper  tidak  terbatas  untuk menemukan  sendiri  makna  hidupnya.  Makna  hidup  dan  sumber-sumbernya dapat ditemukan dalam kehidupan itu sendiri khususnya pada pekerjaan yang dilakukan  dan  dalam  keyakinan  terhadap  harapan  dan  kebenaran  serta penghayatan atas keindahan, iman, dan cinta kasih.
  3. Setiap  manusia  memiliki  kemampuan  untuk  mengambil  sikap  terhadap penderiataan  dan  peristiwa  tragis  yang  dihadapi  setelah  upaya  mengatasinya telah dilakukan secara ptimal namun tidak berhasil. Maksudnya, jika kita tidak mungkin  mengubah  suatu  keadaan  sebaiknya  kita  mengubah  sikap  kita  atas keadaan itu agar kita tidak terhanyut secara negatif oleh keadaan itu.
Ketiga asas tersebut tercakup dalam ajaran logoterapi mengenai eksistensi dan makna hidup, sebagai berikut:
  1. Dalam  setiap  keadaan  termasuk  dalam  penderitaan  sekalipun  hidup  ini  selalu memberi/mempunyai makna.
  2. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama setiap orang.
  3. Dalam  batas-batas  tertentu  manusia  memiliki  kebebasan  dan  tanggung  jawab pribadi  untuk  mamilih,  menentukan,  dan  memenuhi  makna  dan  tujuan hidupnya.
  4. Hidup  yang  bermakna  diperoleh  dengan  jalan  merealisasikan  tiga  nilai kehidupan  (nilai-nilai  kreatif/creative  values,  nilai-nilai penghayatan/experiental  values,  dan  nilai-nilai  bersikap/attitudinal  values)  

Sumber-sumber Makna Hidup Selama kita mampu melihat hikmah di setiap keadaan maka makna hidup mungkin  saja  dapat  ditemukan  dalam  keadaan  penderitaan.  Dalam  kehidupan  ini terdapat  beberapa  bidang  kegiatan  yang  secara  potensial  mengandung  nilai-nilai yang  memungkinkan  seseorang  dapat  menemukan  makna  hidupnya  aabila  nili-nilai tersebut dipenuhi.

Creative  values  seperti  berkarya,  bekerja,  serta  melaksanakan  tugas  dan kewajiban sebaiknya dengan penuh tanggung jawab. Melalui karya dan kerja kita dapat  menemukan  makna   hidup  dan  menghayati  kehidupan  secara  bermakna. Namun,  pekerjaan  hanyalah  sarana  yang  memberikan  kesempatan  untuk menemukan  dan  mengembangkan  makna  hidup,  sehingga  makna  hidup  tidak terletak pada pekerjaan tetapi lebih tergantung pada individu yang bersangkutan.

Experiental  values  yakni  keyakinan  dan  penghayatan  akan  nilai-nilai kebenaran, keindahan, keimanan, serta cinta kasih.
Attitudinal  values  yakni  menerima  dengan  penuh  ketabahan,  kesabaran, dan kebenaransegala bentuk bentuk penderitaan. Dalam hal ini yang diubah buka keadaannya tetapi sikap  yang diambil dalam menghadapi keadaan itu.

Hopefull  values,  harapan  adalah  keyakinan  akanterjadinya  hal-hal  yang baik  atau  perubahan  yang  menguntungkan  di  kemudian  hari.  Meskipun  harapan belum  tentu  menjadi  kenyataannamun  dapat  memberikan  sebuah  peluang  dan solusi  serta  tujuan  baru  yang  menjanjikan  dan  dapat  menimbulkan  semangat  dan optimisme.

Tujuan Konseling Logo  therapy  bertujuan  agar  dalam  masalah  yang  dihadapi  klien  dia  bisa menemukan makna dari penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut. Ada pun tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi:
  1. Memahami  adanya  potensi  dan  sumber  daya  rohaniah  yang  secara  universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;
  2. Menyadari  bahwa  sumber-sumber  dan  potensi  itu  sering  ditekan,  terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan;
  3. Memanfaatkan  daya-daya  tersebut  untuk  bangkit  kembali  dari  penderitaan untuk  mampu  tegak  kokoh  menghadapi  berbagai  kendala,  dan  secara  sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.
Tahapan-tahapan Konseling  Logoterapi Proses  konseling  pada  umumnya  mencakup  tahap-tahap  :  perkenalan, pengungkapan  dan  penjajakan  masalah,  pembahasan  bersama,  evaluasi  dan penyimpulan,  serta  pengubahan  sikap  dan  perilaku.  Biasnya  setelah  masa konseling  berakhir  masih  dilanjutkan  pemantauan  atas  upaya  perubahan  perilaku dan klien dapan mlakukan konsultasi lanjutan jika diperlukan.

Konseling  logoterapi  berorientasi  pada  masa  depan  (future  oriented)  dan berorientasi  pada  makna  hidup  (meaning  oriented).  Relasi  yang  dibangun  antara konselor  dengan  konseli  adalah  encounter,  yaitu  hubungan  antar  pribadi  yang ditandai  oleh  keakraban  dan  keterbukaan,  serta  sikap  dan  kesediaan  untuk  saling menghargai, memahami dan menerima sepenuhnya satu sama lain. 

Ada  empat  tahap  utama  didalam  proses  konseling  logterapi  diantaranya adalah:
  1. Tahap  perkenalan  dan  pembinaan  rapport.  Pada  tahap  ini  diawali  dengan menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi dengan pembina rapport yang makin  lama  makin  membuka  peluang  untuk  sebuah  encounter.  Inti  sebuah encounter  adalah  penghargaan  kepada  sesama  manusia,  ketulusan  hati,  dan pelayanan. Percakapan dalam tahap ini tak jarang memberikan efek terapi bagi konseli. 
  2. Tahap  pengungkapan  dan  penjajagan  masalah.  Pada  tahap  ini  konselor  mulai membuka  dialog  mengenai  masalah  yang  dihadapi  konseli.  Berbeda  dengan konseling  lain  yang  cenderung  membeiarkan  konseli  “sepuasnya” mengungkapkan  masalahnya,  dalam  logoterapi  konseli  sejak  awal  diarahkan untuk menghadapi masalah itu sebagai kenyataan. 
  3. Pada  tahap  pembahasan  bersama,  konselor  dan  konseli  bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi. Tujuannya untuk menemukan arti hidup sekalipun dalam penderitaan. 
  4. Tahap evaluasi dan penyimpulan mencoba memberi interpretasi atas informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya,  yaitu perubahan sikap dan perilaku konseli. Pada tahap-tahap ini tercakup modifikasi sikap, orientasi terhadap  makna  hidup,  penemuan  dan  pemenuhan  makna,  dan  pengurangan symptom.   

Hubungan Konselor dan Konseli dalam Logoterapi Dalam  logoterapi,  konseli  mampu  mengalami  secara  subjektif  persepsi-persepsi  tentang dunianya.  Dia  harus  aktif  dalam  proses  terapeutik,  sebab  dia harus  memutuskan  ketakutan-ketakutan,  perasaan-perasaan  berdosa  dan kecemasan-kecemasan apa yang akan dieksplorasi. Memutuskan untuk menjalani terapi saja sering merupakan tindakan yang menakutkan. Konseli dalam terapi ini, terlibat dalam pembukaan pintu diri sendiri. Pengalaman sering menakutkan atau menyenangkan  dan  mendepresikan  atau  gabungan  dari  semua  perasaan  tersebut.

Dengan  membuka  pintu  yang  tertutup,  konseli  mampu  melonggarkan  belenggu deterministic  yang  telah  menyebabkan  dia  terpenjara  secara  psikologis.  Lambat laun konseli mulai sadar, apa dia tadinya dan siapa dia sekarang serta klien lebih mampu menetapkan masa depan macam apa  yang diinginkannya. Melalui proses terapi,  konseli  bisa  mengeksplorasi  alternative-alternatif  guna  membuat pandangan-pandangan menjadi nyata.

Menurut  Frankl  (1959),  pencarian  makna  dalam  hidup  adalah  salah  satu ciri  manusia.  Dalam  pandangan  para  eksistensialis,  tugas  utama  konselor  adalah mengeksplorasi  persoalan-persoalan  yang  berkaitan  dengan  ketidakberdayaan, keputusasaan,  ketidakbermaknaan,  dan  kekosongan  eksistensial.  Tugas  proses terapeutik  adalah  menghadapi  masalah  ketidakbermaknaan  dan  membantu Konseli dalam membuat makna dari dunia yang kacau. 

Frankl  menandaskan  bahwa  fungsi  Konselor  bukanlah  menyampaikan kepada  Konseli  apa  makna  hidup  yang  harus  diciptakannya,  melainkan mengungkapkan  bahwa  Konseli  bisa  menemukan  makna,  bahkan  juga  dari penderitaan,  karena  penderitaan  manusia  bisa  diubah  menjadi  prestasi  melalui sikap yang diambilnya dalam menghadapi penderitaan itu.
Buhler  dan  Allen  (1972)  sepakat  bahwa  psikoterapi  difokuskan  pada pendekatan  terhadap  hubungan  manusia  alih-alih  sistem  teknik.    Para  ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
  1. Mengakui pentingya pendekatan dari pribadi ke konselor
  2. Menyadari peran dari tanggung jawab Konselor
  3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
  4. Berorientasi pada pertumbuhan
  5. Menekankan  keharusan  Konselor  terlibat  dengan  Konseli  sebagai  suatu pribadi yang menyeluruh
  6. Mengakui  bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan Konseli
  7. Memandang Konselor sebagai model, dalam arti bahwa Konselor dengan gaya hidup  dan  pandangan  humanistiknya  tentang  manusia  bisa  secara  implisit menunjukkan  potensi Konseli bagi tindakan kreatif dan positif
  8. Mengakui  kebebasan  Konseli    untuk  mengungkapkan  pandangan  dan  untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri
  9. Bekerja  ke  arah  mengurangi  ketergantungan  Konseli  serta  meningkatkan kebebasan Konseli

May  (1961)  memandang  tugas  Konselor  diantaranya  adalah  membantu Konseli  agar  menyadari  keberadaannya  dalam  dunia  :  “ini  adalah  ketika  pasien melihat  dirinya  sebagai  orang  yang  terancam,  yang  hadir  di  dunia  yang mengancam dan sebagai subjek yang memiliki dunia”.

Frankl  (1959)  menjabarkan  peran  Konselor  sebagai  “spesialis  mata daripada sebagai pelukis”, yang bertugas “memperluas dan memperlebar lapangan visual pasien sehingga spektrum keseluruhan dari  makna dan nilai-nilai menjadi disadari dan dapat diamati oleh pasien”.

Hakikat Manusia dalam Logoterapi Berikut ini merupakan beberapa pandangan logoterapi terhadap manusia :
  1. Menurut  Frankl  manusia  merupakan  kesatuan  utuh  dimensi  ragawi,  kejiwaan dan spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual.
  2. Frankl  menyatakan  bahwa  manusia  memiliki  dimensi  spiritual  yang terintegrasi  dengan  dimensi  ragawai  dan  kejiwaan.  Perlu  dipahami  bahwa sebutan  “spirituality”  dalam  logoterapi  tidak  mengandung  konotasi keagamaan  karena  dimens  ini  dimiliki  manusia  tanpa  memandang  ras, ideology,  agama  dan  keyakinannya.  Oleh  karena  itulah  Frankl  menggunakan istilah  noetic  sebagai  padanan  dari  spirituality,  supaya  tidak  disalahpahami sebagai konsep agama.
  3. Dengan  adanya  dimensi  noetic  ini  manusiamampu  melakukan  self-detachment,  yakni  dengan  sadar  mengambil  jarak  terhadap  dirinya  serta mampu meninjau dan menilai dirinya sendiri.
  4. Manusia  adalah  makhluk  yang  terbuka  terhadap  dunia  luar  serta  senantiasa berinteraksi  dengan  sesama  manusia  dalam  lingkungan  sosial-budaya  serta mampu mengolah lingkungan fisik di sekitarnya.
Dengan  demikian,  dalam  pandangan  logoterapi  manusia  adalah  istimewa yang  memiliki  berbagai  kemampuan  dan  daya-daya  istimewa  pula.  Sadar  diri, kemampuan  mengambil  jarak  dan  transendensi  diri  menunjukan  kemampuan manusia  untuk  melampaui  dimensi  ragawi  (antara  lain  bawaan  dan  insting)  dan pengaruh lingkungan serta mampu mengarahkan diri kepada hal-hal diluar dirinya seperti makna hidup dan orang-orang yang dikasihinya. Manusia pun menemukan makna  hidup  melalui  apa  yang  diberikan  kepada  lingkungan,  apa  yang  yang diambilnya dari lingkungan (menghayati keindahan dan cinta kasih ), serta sikap tepat atas kodisi tragis yang tak dapat dihindari (misalnya kematian).

Pandangan Logoterapi Terhadap Masalah Dalam ilmu psikologi Eksistensial, masalah makna hidup banyak dibahas. Salah  seorang  tokohnya  yang  banyak  membahas  masalah  makna  hdsup  adalah Victor  Frankl  seorang  psikiater  dari  Austria  dengan  teorinya  yang  disebut logoterapi. Menurut Frankl pada dasarnya manusia selalu menginginkan hidupnya selalu bermakna. Hidup yang tidak berarti membuat orang mengalami kehampaan eksistensial  dan  selanjutnya  akan  menimbulkan  frustasi  eksistensial  (frustasi kerena tidak bisa memenuhi keinginanya kepada makna).  

Konseling  logoterapi  merupakan  konseling  untuk  membantu  individu mengatasi  masalah  ketidakjelasan  makna  dan  tujuan  hidup,  yang  sering menimbulkan kehampaan dan hilangnya gairah hidup.. Dalam logoterapi masalah adalah  ujian  hidup  yang  menurut  Frankl  harus  dihadapi  dengan  keberanian  dan kesabaran.  Yakni  keberanian  untuk  membiarkan  masalah  ini  untuk  sementara waktu  tak  terpecahkan,  dan  kesabaran  untuk  tidak  menyerah  dan  mengupayakan penyelesaian. 

Logoterapi  dapat  digambarkan  sebagai  corak  psikologi  yang  mengakui adanya  dimensi  kerohanian  pada  manusia  di  samping  dimensi  ragawi  dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna  (the will of meaning) merupakan motivasi utama  manusia guna  meraih  taraf  kehidupan  bermakna  (the  meaningful  life)  yang didambakannya.

Hidup  akan  memiliki  makna  dalam  setiap  situasi  selama  kita  mampu mengambil  hikmah,  bahkan  dalam  penderitaan  dan  kepedihan  sekalipun.  Makna adalah  sesuatu  yang  dirasakan  penting,  benar,  berharga  dan  didambakan  serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup. Setiap manusia  memiliki  kemampuan  untuk  mengambil  sikap  terhadap  peristiwa  tragis yang  tidak  dapat  dielakkan  lagi  yang  menimpa  dirinya  sendiri  dan  lingkungan sekitar (penderitaan dan kepedihan).  

Makna  hidup  setiap  manusia  dapat  ditentukan  sendiri  olehnya,  karena manusia  memiliki  kebebasan yang  hampir  tidak  terbatas.  Dari  kebebasannya manusia  dapat  memilih  makna  atas  setiap  peristiwa  yang  terjadi  dalam  diri, apakah  itu  makna  positif  atupun  makna  yang  negatif.  Dan  makna  positif  ini  lah yang dimaksud dengan hidup bermakna.


Sumber :
Bastaman,  H.D.  2007.  Logoterapi  “Psikologi  untuk  Menemukan  Makna  Hidup dan Meraih Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Christia, Mellia. (2011). Meraih Hidup Bermakna. Seminar. Universitas Indonesia: Depok