CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 13 Oktober 2012

Transmisi Budaya dan Biologis serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan


Pengertian Transmisi Budaya
Transmisi budaya adalah penyebaran culture yang berasal dari orang terdahulu mulai generasi satu ke generasi lainnya tentang sesuatu hal yang menyangkut budaya sehingga sulit untuk di ubah di karenakan tradisinya sudah dilakukan secara turun temurun. Di zaman globalisasi ini transmisi budaya sudah banyak terjadi di mulai dari kalangan anak, remaja dan dewasa, terutama anak remaja yang menjadi sorotan publik dikarenakan pemikiran para remaja masih bisa berubah-ubah  dan tidak setabil sehingga dapat dengan mudah di pengaruhi dengan budaya-budaya baru yang masuk ke dalam kehidupan yang kemudian mereka jalankan secara tidak sadar budaya itu masuk dan melekat dalam diri remaja.
Kalau sudah seperti itu kasusnya maka akan sulit di lepaskan sama halnya dengan budaya korupsi, mungkin kalau dulu tidak akan ada yang korupsi maka sekarang tidak akan terjadi yang namannya korupsi besar – besaran  karena setelah di lihat – lihat dapat di simpulkan bahwa karakteristik budaya atau orang indonesia itu ikut-ikutan, sehingga kalau ada yang korupsi satu maka yang lainnya ikut – ikutan. Kasus terbaru sekarang lagi –lagi remaja yang menjadi sorotan  yaitu maraknya  tawuran antar sekolah, kenapa itu bisa terjadi? Dikarenakan banyaknya tontonan – tontonan kekerasan yang dengan bebas dapat di akases sehingga memunculakan anak remaja itu untuk mengikutinya.

Bentuk Transmisi Budaya :
Enkulturasi
Enkulturasi adalah proses penerusan kebudayaan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya selama hidup seseorang individu di mulai dari institusi keluarga terutama tokoh ibu. Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Akulturasi
Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.

Sosialisasi
Sosisalisasi adalah proses pemasyarakatan, yaitu seluruh proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa, berkembang, berhubungan, mengenal, dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota

Pengaruh Sosialisasi terhadap perkembangan psikologi individu
Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.

Pengaruh Akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Akulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Akulturasi terjadi karena sekelompok orang yang berangsur-angsur mengikuti cara atau peraturan di dalam lingkup yang menjadi tempat tinggalnya sekarang . Contoh : bali kaya akan budaya sehingga banyak menarik minat para touris untuk berkunjung ke bali dan bahkan sampai banyak touris yang menikah dengan orang bali, maka mau tidak mau ketika acara pernikahanya orang touris tersebut harus mengikuti adat bali untuk menghargai tradisi bali.

Pengaruh Enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Manusia tidak bisa terlepas melalui proses belajar karena dengan proses itu kita tahu banyak hal serta dengan kita menyesuaikan diri dengan alam maka alampun akan memberi energi positif buat kita sehingga dapat menjadi individu yang baik.

Awal Perkembangan dan Pengasuhan
Transmisi budaya dapat terjadi tergantung dari awal perkembangan dan pengasuhan yang terjadi pada masing-masing  individu orangtua. Dimana proses seperti Enkulturasi ataupun Akulturasi yang mempengaruhi perkembangan psikologis individu tergantung bagaimana individu mendapat pengasuhan seperti kasus anak yang ibunya bekerja maka dengan terpaksa anak tersebut di asuh oleh pembantu rumah tangga atau baby sister sehingga secara otomatis anak tersebut akan lebih dekat dengan pembantu rumah tangga atau baby sister dikarenakan yang anak lihat sehari-hari itu pembantu rumah tangga atau baby sister.
Maka jangan kaget anak jika tiba- tiba anak bertingkah aneh atau berkata – kata asing pada orangtuannya itu dikarenakan mungkin karena mereka menirukan gaya bahasa atau tingkah laku yang di gunakan oleh pembantu rumah tangga atau baby sister itu selama mengasuh si anak itu dan bagaimana lingkungan yang diterimanya. Dengan demikian dalam hidup dan kehidupannya manusia selalu mengadakan kontak dengan manusia lain. Karena itu manusia sebagai individu juga merupakan makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_antarbudaya

Pengertian Dan Tujuan Dari Psikologi Lintas Budaya Serta Menjelaskan Hubungannya Antara Psikologi Lintas Budaya Dengan Disiplin Ilmu Yang Lain


Pengertian Psikologi Lintas Budaya
Menurut Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi.

Tujuan Psikologi Lintas Budaya
Tujuan dari psikologi lintas budaya adalah untuk melihat manusia dan perilakunya dengan kebudayaannya. Serta melihat perilaku yang universal dan yang unik untuk mengidentifikasi dampak perilaku, kehidupan keluarga, pendidikan, pengalaman sosial dan lain lain.

Hubungan Psikologi Lintas Budata Dengan Ilmu Lain

·         Psikologi lintas budaya dengan ilmu sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kemasyarakatan menyangkut struktur sosial, gejala sosial, proses-proses sosial, dan interaksi sosial. Sosiologi memandang manusia sebagai makhluk sosial, atau makhluk berkelompok. Dalam psikologi lintas budaya juga mempelajari psikologis kelompok dalam perbedaan atau keragaman budaya. Karena kalau berbicara budaya tidak hanya dipunyai oleh satu individu namun banyak individu-individu yang mempunyai budaya yang sama dan saling berinteraksi yang bergabung dalam kelompok. Jadi, hubungan Psikologi lintas budaya dengan ilmu sosiologi adalah melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai buadaya dan kelompok etnik yang berada dalam suatu kehidupan masyarakat.

·         Psikologi lintas budaya dengan biologi
Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu mengenai makhluk hidup. Jelas saja biologi dan psikologi lintas budaya saling berhubungan, karena objek materialnya sama yaitu manusia, namun biologi objek materialnya bukan hanya manusia yakni semua makhluk hidup yang ada, dan salah satunya yaitu manusia.


Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Psikologi Indigenous
Indigenous Psychology merupakan suatu terobosan baru dalam dunia psikologi yang mana merupakan suatu untuk memahami manusia berdasarkan konteks kultural/budaya. Indigenous psychology dapat juga didefinisikan sebagai pandangan psikologi yang asli pribumi dan memiliki pemahaman mendasar pada fakta-fakta atau keterangan yang dihubungkan dengan konteks kebudayaan setempat. Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Psikologi Indigenous adalah Psikologi lintas budaya berfokus pada membicararakan isu, konsep dan metode yang dikembangkan oleh komunitas ilmiah di barat—kebanyakan Amerika Serikat dan Eropa Barat—dan yang dipelajari di timur—kebanyakan negara dunia. Sedangkan Psikologi Indigenous mencakup studi tentang isu dan konsep yang mencerminkan kebutuhan dan realitas dari budaya tertentu—dalam hal ini, tentu akan banyak upaya untuk memodifikasi instrumen guna memasukkan perspektif indigenus/setempat

Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Psikologi Budaya
Psikologi budaya adalah studi tentang cara tradisi budaya dan praktek sosial meregulasikan, mengekspresikan, mentransformasikan dan mengubah psike manusia. Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Psikologi budaya adalah Psikologi lintas budaya melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik sedangkan Psikologi budaya melihat bagaimana budaya dapat mentransformasikan dan mengubah psike seseorang.

Perbedaan Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi
Menurut Koentjaraningrat, Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan. Jadi perbedaan Psikologi lintas budaya dengan Antropologi adalah Psikologi lintas budaya melihat persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik sedangkan Antropologi melihat bagaimana manusia dalam suatu masyarkat melahirkan suatu kebudayaan.

Sumber :
Matsumoto, D. (2002). Culture, psychology, and education. In W. J. Lonner, D. L. Dinnel, S. A